Minggu, 08 November 2009

I miss my mom..

Haru biru hati ini jika ingat mamah di rumah. Walaupun tempat tinggalku masih satu kota dengan beliau, tapi setiap aku ingat beliau, air mata ini tidak bisa diajak kompromi untuk tidak menetes.
Aku selalu rindu mamah, setiap waktu. Apalagi jika aku sedang mempunyai keluasan rizki, aku tak akan pernah bisa untuk tidak mengajaknya menikmati rizki yang telah Allah titipkan untukku. Tapi, aku telah menjadi anak yang durhaka, setidaknya itulah yang tertancap di hati dan pikiranku setelah kejadian beberapa bulan yang yang lalu.
Ibuku adalah seorang yang sangat keras watak dan pendiriannya, entahlah siapa yang bisa melembutkan hatinya jika beliau sudah memiliki keinginan. Aku yang biasanya lebih bisa sabar untuk mengatasi sifat mamah dibandingkan dengan saudara-saudara kandungku, akhirnya pun tidak bisa menahan benteng kesabaran yang telah aku pertahankan. Apalagi semenjak aku menikah. Hal ini membuat aku sangat bingung. Keinginan mamah sering bersebrangan dengan keinginan suamiku. Aku berada diantara posisi yang sangat sulit. Aku yang penurut, setelah menikah menjadi pemberontak, mungkin itulah yang ada di dalam pikiran mamah. Aku tidak pernah berniat untuk memberontak dengan apa yang mamah inginkan, tapi aku juga ingin mamah tau dan bisa memahami bahwa ada satu orang yang harus aku jaga perasaannya, yang kini menjadi imam keluargaku, ayah dari anak-anakku, yaitu suamiku. Tapi, sulit sekali hal itu terjadi.
Berawal dari perbedaan pendapat, beradu argument, hingga syetan telah berhasil membuat aku marah pada mamah, orang yang sangat aku cintai dan aku hormati itu tak berdaya melihat kemarahanku. Amarahku sangat hebat, hingga bergetar seluruh badanku karena amarah. Hati dan pikiranku terus terbawa oleh rayuan syetan hingga aku membentak-bentak orang yang telah mengandung, menyusui, dan mengurusiku sejak kecil itu. Syetan pasti telah tertawa menang. Astaghfirullah...
Penyesalan memang datang pada akhir suatu kejadian. Mamah pasti sangat sakit menghadapi kelakuanku, akupun demikian. Aku benar-benar menyesali perbuatanku itu. Aku kembali datang pada mamah, tapi beliau acuh tak acuh dengan kedatangannku. Aku cium tangannya seraya memohon maaf, tapi mamah tidak bergeming. Kembali aku kunjungi mamah pada hari-hari berikutnya, tapi tetap beliau tidak bergeming. Sampai suatu hari yang benar-benar aku sudah tah tahan dengan rasa penyesalanku, aku datang memohon maaf dengan sungguh-sungguh dan kucium kaki mamah. Aku menangis sejadi-jadinya karena rasa bersalah dan penyesalan yang begitu besarnya.
Alhamdulillah mamah mau memaafkanku walaupun aku tau, aku telah menggoreskan luka yang dalam dihatinya. Keadaan kami pun berangsur membaik hingga sekarang. Hingga pada suatu hari, keinginanku untuk belajar tentang Islam begitu kuat. Aku awali dengan membaca tafsir Alquran dan mencoba untuk memahami isi bacaannya. Allah membuka pintu hidayah untukku, hingga aku menemukan banyak sekali firman Allah SWT dalam Al-Quran tentang kewajiban seorang anak terhadap orang tua. Astaghfirullahal'azim, aku benar-benar memohon ampun kepada Allah SWT atas kelakuanku pada mamah tempo hari. Aku benar-benar menyesal. Syetan telah berhasil membuat aku tergelincir dalam dosa terhadap orang tua, ibuku sendiri.

Al-Quran telah menunjukan aku kepada cahaya menuju jalan yang benar. Aku bertekad dan akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi anak yang sholehah bagi orang tuaku, terutama pada mamah. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku terhadap mamah. Dan tidak lupa pula aku terus berdoa semoga orang tuaku disayangi Allah, diberi hidayah dan diterima segala amal ibadahnya di sisi Allah SWT, senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan. Amin..

Mamah, demi yang menggenggam jiwaku, aku benar-benar minta maaf atas kekhilafanku..Aku menyesal, sangat menyesal, hingga aku tak bisa menahan airmataku untuk tidak menetes jika aku ingat telah menyakiti hati mamah.. Maafin Adis mah..


ghodiz@d'office (12.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar