Kamis, 05 November 2009

I miss my lil'angel

I MISS MY LITTLE ANGEL…
Siti Khansanaila Aisyah, putri pertamaku yang sekarang berumur 4 tahun.  Ga kerasa dia sudah duduk di bangku Taman Kanak-kanak kelas A (kecil), di sebuah sekolah Islam terpadu yang memiliki kualitas yang sangat baik dalam segi agama.
Tiap pagi, berangkat sekolah KK (panggilan kesayangan kami) diantar oleh Abinya dengan mengendarai sepeda motor, sekalian Abinya juga langsung berangkat ke tempat kerjanya. Sementara aku, satu jam sebelumnya sudah  harus barangkat ke kantor, karena peraturan di kantorku sangat ketat, tidak boleh terlambat sedetikpun, karena selain akan dipotong  uang tunjangan juga akan mempengaruhi penilaian.
Sebelum berangkat, aku sudah terbiasa menyiapkan segala keperluan untuk suami dan buah hatiku tercinta, dari mulai pakaian, sepatu, bekal makanan, tp aku jarang menyiapkan sarapan karena selain suamiku jarang mau sarapan pagi-pagi sekali, putriku pun sarapan harus sesuai dengan kemauan dia. Biasanya dia sarapan bubur ayam, yang kebetulan penjualnya dekat dengan rumah kami. Dari mandi, sarapan hingga berangkat sekolah semuanya suamiku yang mengurusinya. Pembantuku baru datang pukul  07.00 pagi, karena dia juga harus mengantar anaknya ke sekolah.
Hari demi hari, kk semakin menunjukkan kecerdasannya. Sudah banyak doa, hadist dan ayat Alquran yang telah dihafalnya. Kadang-kadang dia juga suka menceramahi kami apabila ada sesuatu yang salah dari kami. Lucu sekali. Kk anak yang luar biasa, dia anak yang pemberani dan cerdas.
Tapi, dibalik semua kecerdasan dan tingkah lakunya yang membuat  dia menjadi  makhluk kecil yang menyenangkan dan juga “ngangenin”, aku merasa sangat kehilangan. Dalam 24 jam sehari, paling banyak 4 jam aku bisa menemani dia (kecuali hari sabtu&minggu). Itupun kalo aku ga lagi kecapean & sehat. Dalam usia 4 tahun aku menjadi ibunya, ga sampai setengahnya aku berada di dekatnya. Sedih rasanya bila semua perkembangannya aku ga bisa lihat langsung, semua yang aku tahu itu berdasarkan laporan, ibuku, mertuaku, iparku, dan sekarang gurunya. Aku kehilangan sebagian besar moment penting dalam hidup anakku hanya karena aku harus bekerja. 12 jam dalam sehari aku berada di luar rumah, 60 jam seminggu waktu yang harus aku keluarkan tanpa mengetahui perkembangan anakku.
Pernah suatu kali aku ditugaskan ke luar kota untuk diklat. Lamanya 3 minggu tapi diijinkan untuk pulang 1 minggu sekali. Minggu pertama aku pulang, anakku merasa asing dengan kahadiranku. Perlu waktu lumayan untuk dia bisa merasakan kehadiran ibunya lagi. Sedih, sangat. Sejak saat itu, aku ga pernah mau lagi untuk pergi diklat apapun, apalagi harus keluar kota dalam waktu yang lama. Biarlah resiko akan aku tanggung sendiri, yang penting aku tidak meninggalkan kk.
Pernah juga suatu kali aku jemput kk disekolahnya, karena waktu itu hujan besar dan suamiku meminta aku yang menjemput dikarenakan aku yang membawa mobil. Setibanya di sekolah KK ternyata suamiku  sudah ada, dan hujan sudah berhenti. Tanpa aku duga, kk tidak mau pulang denganku, dia lebih memilih pulang dengan abinya menggunakan sepeda motor.  Ya Robb, apakah ini suatu teguran dari-Mu?
Entah sampai kapan aku akan kehilangan moment berharga dalam hidup anakku? Hidup memang sebuah pilihan, aku dirumah menjalani fitrah sebagai seorang istri yang sholehah dan ibu yang baik, atau aku bekerja sebagai PNS? Jika aku dirumah, aku tidak akan kehilangan setiap moment dengan KK, walupun aku harus menyesuaikan diri dengan rizki yang diberikan oleh suamiku, aku harus pintar-pintar menggunakannya agar kelangsungan masa depan kami tetap bisa tertata dengan baik. Baik sedikit atau banyak, Allah sudah mengaturnya. Jika aku bekerja, seperti sekarang aku sering kehilangan moment berharga dengan kk karena hanya memiliki sedikit waktu untuknya. Walaupun aku memiliki keluasan riski dari penghasilan/gajiku sendiri. Aku bebas menggunakannya untuk apa saja yang aku mau termasuk dengan memanjakan kk dengan semua yang berbau keduniawian.
Jalan itulah yang harus aku pilih, masing-masing pilihan punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tapi aku terus memohon kepada Allah SWT agar diberikan pilihan yang terbaik menurut ilmu Allah, dan diberikan keistiqomahan untuk menjalaninya setelah Allah SWT memilihkannya untukku..
Ibu Sayang KK, sayang banget…Ga bisa diukur, ga bisa ditimbang, ga bisa dihitung…Ibu sayang KK, sepanjang jalan, ga akan putus-putus..
I Love U KK, KK selalu bikin Ibu kangen..Maafin Ibu..

ghodiz@d’office (10.13 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar